Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menelusuri Kejayaan Islam di Persia: Sejarah Daulah Safawi

Daulah Safawi, yang berkuasa di Persia (kini Iran) dari abad ke-16 hingga abad ke-18, merupakan salah satu dinasti penting dalam sejarah Islam. Selain kekuatan politik dan militernya, Daulah Safawi juga dikenal karena kontribusinya yang signifikan terhadap perkembangan peradaban Islam. Masa pemerintahan mereka menjadi saksi kemajuan pesat di berbagai bidang, mulai dari seni dan arsitektur hingga ilmu pengetahuan dan filsafat. Artikel ini akan membahas secara mendalam sejarah peradaban Islam pada masa Daulah Safawi, menyoroti pencapaian-pencapaian penting dan warisan budaya yang ditinggalkan.

Latar Belakang Berdirinya Daulah Safawi

Daulah Safawi berdiri pada awal abad ke-16 Masehi di wilayah Persia (sekarang Iran). Kerajaan ini didirikan oleh Syah Ismail I pada tahun 1501 M. Ia berasal dari keluarga sufi Safawiyah di Ardabil, Azerbaijan. Nama Safawi sendiri diambil dari nama kakeknya, Syekh Shafi al-Din al-Ardabili, seorang ulama dan pemimpin tarekat yang sangat berpengaruh.

Ketika naik tahta, Syah Ismail I berhasil menyatukan wilayah Persia yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi satu kerajaan Islam yang kuat. Ia juga menjadikan Islam Syiah Itsna Asyariyah (Syiah Dua Belas Imam) sebagai agama resmi negara, dan menjadikan Tabriz sebagai ibu kota pertama. Langkah besar ini menjadi titik awal terbentuknya identitas Iran modern yang berhaluan Syiah hingga sekarang.

Tokoh-Tokoh Penting dalam Pemerintahan Safawi

Beberapa tokoh besar yang berperan penting dalam sejarah Daulah Safawi antara lain:
  • Syah Ismail I (1501–1524 M) Pendiri kerajaan Safawi dan tokoh yang mempersatukan Persia. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berani, karismatik, dan religius, serta berhasil menanamkan dasar-dasar kekuatan politik dan agama Syiah di negerinya.
  • Syah Tahmasp I (1524–1576 M) Putra Syah Ismail yang memperkuat sistem pemerintahan dan pertahanan negara. Ia berperan penting dalam menjaga kestabilan kerajaan dari ancaman luar.
  • Syah Abbas I (1587–1629 M) Raja terbesar Daulah Safawi. Di bawah kepemimpinannya, Safawi mencapai masa keemasan. Ia memindahkan ibu kota dari Qazvin ke Isfahan, yang kemudian dikenal sebagai 'Kota Terindah di Dunia Islam'.

Masa Kejayaan Daulah Safawi

Pemerintahan Syah Abbas I menjadi puncak kejayaan Daulah Safawi. Pada masa ini, Persia tidak hanya kuat secara politik, tetapi juga makmur secara ekonomi, budaya, dan seni.

1. Pemerintahan dan Politik

Syah Abbas I memperkuat kekuasaan raja dan mengurangi pengaruh para bangsawan. Ia juga membangun tentara modern dengan bantuan senjata dari Eropa, menjadikan Safawi sebagai kekuatan militer yang disegani.

2. Ekonomi dan Perdagangan

Safawi berperan sebagai penghubung utama antara Timur dan Barat. Kota Isfahan menjadi pusat perdagangan internasional, tempat bertemunya para pedagang dari India, Turki, dan Eropa. Jalur perdagangan sutra dan rempah menjadi sumber kemakmuran kerajaan.

3. Seni dan Arsitektur

Masa Safawi dikenal sebagai zaman keemasan seni Islam bergaya Persia. Masjid-masjid dibangun megah dengan kubah biru, kaligrafi indah, dan ubin bermotif geometris. Beberapa karya agung arsitektur yang terkenal antara lain Masjid Shah (Masjid Imam) dan Masjid Sheikh Lutfallah di Isfahan. Selain itu, seni lukisan miniatur Persia juga berkembang pesat, menggambarkan kisah para raja, peperangan, dan kehidupan istana.

4. Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Isfahan menjadi pusat ilmu pengetahuan dan filsafat. Banyak ilmuwan, penyair, dan arsitek hidup di masa ini. Bidang astronomi, matematika, dan filsafat Islam berkembang pesat, menjadikan Persia sebagai tempat belajar yang terkenal di dunia Islam.

Kemunduran dan Runtuhnya Daulah Safawi

Sayangnya, masa kejayaan itu tidak berlangsung selamanya. Setelah wafatnya Syah Abbas I, kekuasaan Safawi mulai melemah.
Beberapa penyebab kemunduran antara lain:

Konflik Berkepanjangan dengan Turki Usmani

Bagi Turki Usmani, Daulah Safawi yang beraliran Syiah menjadi sebuah ancaman sehingga harus segera diperangi. Konflik di antara keduanya tidak pernah padam kecuali ketika Sultan Abbas I memerintah. Pada masa itu, ia mengadakan perjanjian perdamaian dengan Turki Usmani sehingga keadaan dapat terkendali. Akan tetapi, setelah Abbas I wafat, konflik tersebut muncul kembali.

Dekadensi Moral Para Penguasa

Safi Mirza tidak segan menyerang para pembesar kerajaan. Abbas II dan Sulaiman juga dikenal sebagai pemabuk sehingga tidak memperhatikan kondisi kerajaan. Akibatnya, rakyat menjadi apatis terhadap pemerintahan.

Semangat dalam Bertempur yang Rendah

Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat tempur yang tinggi seperti Qizilbash (baret merah). Hal ini terjadi karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih. Kemunduran dalam bidang kemiliteran ini berpengaruh besar terhadap pertahanan Daulah Safawi.

Penutup

Daulah Safawi adalah salah satu bukti bahwa agama, ilmu, dan seni dapat berpadu dalam membangun sebuah peradaban yang besar. Dari masa kejayaan hingga kemundurannya, Safawi mengajarkan kita pentingnya persatuan, keilmuan, dan kebijaksanaan dalam kepemimpinan. Jejak kejayaannya masih bisa kita rasakan hingga hari ini — dalam masjid-masjid megah, karya seni Persia yang memukau, dan semangat keislaman yang tetap hidup di tanah Iran.